Text
Pesawat Kertas Terakhir
“Ini untuk kamu.”
“Pesawat kertas terakhir? Tidak mau, Gilang. Tidak mau.”
“Ini untuk mengenang perpisahan kita. Lambang janji bahwa kita akan bertemu kembali.”
Angel mengembalikan pesawat kertas itu kepada Gilang.
“Kalau begitu, berikan pesawat kertas ini ketika kita bertemu kembali.”
“Kamu bersedia menunggu?”
Gilang memiliki impian sederhana, yaitu menjadi pilot pesawat tempur. Syaratnya cuma satu, harus berhasil lulus ujian sekolah. Bantuan untuknya mencapai cita-cita itu datang dari seorang murid baru yang pintar asal Aceh, Angel. Yang tak hanya mencuri perhatiannya, tetapi juga perhatian Hendra, sahabatnya. Untuk setiap bantuan yang diberikan Angel, Gilang menghadiahinya satu pesawat kertas.
Hari demi hari berlalu, bukan hanya persahabatan yang tumbuh, tapi ada perasaan lain juga yang ikut mekar di antara mereka.
Kelulusan sekolah sudah di depan mata. Angel harus kembali ke tanah kelahirannya, sedangkan Gilang melanjutkan studi di akademi militer di Yogyakarta.
Dengan pesawat kertas terakhir, Gilang mengutarakan isi hatinya kepada Angel dan berjanji akan menemuinya kembali. Sayangnya, ketika ingin memenuhi janji tersebut, tragedi dahsyat tsunami menghantam bumi Aceh, menghancurluluhkan Serambi Mekah itu.
Akankah pesawat kertas terakhir itu berlabuh di hati Angel?
Kisah inspiratif penuh haru di balik tragedi tsunami Aceh ini akan menjawabnya.
210026 | 813 DAV P | Perpustakaan SMA Islam Al Azhar 8 (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain